DADAH ZAHRAH
Senin, 24 Februari 2020
"Berfikir Radikal Tentang Islam"
Minggu, 23 Februari 2020
Menyelami Samudera Tasawuf fm REVOLUSI GAGASAN karya Roni Djamaludin
MEMASUKI DUNIA GAIB fm REVOLUSI GAGASAN by Roni Damaloedin
Jumat, 12 Juli 2019
Syukur
Bug !!!.....
Seketika hatiku berdesir mendengar suara itu. Suara pintu mobil ditutup.
Aku begitu merindukan suasana itu, kala engkau masih menjadi seorang eksekutif muda di kota metropolitan.
Saat jam menunjukkan pukul 22.00 wib, aku terbirit-birit membuka pintu dan pagar, membiarkan mobilmu masuk garasi rumah. Jam segini masih termasuk paling cepat untuk kau pulang, biasanya lebih dari tengah malam kau sampai di rumah, sampai-sampai kau tak pernah sempat melihat anak-anak dalam kondisi bangun.
Setelah mandi dan makan malam biasanya kau langsung membuka komputermu, dan tenggelam disana sampai kau tertidur.
Esok pagi ketika anak-anak sudah berangkat sekolah kau bangun dan bersiap-siap pergi ke kantor lagi.
Begitu setiap hari kita menjalani rumah tangga kita.
Saat itu aku merasa hampa, aku merasa tidak diinginkan, aku merasa hanya menjadi seorang ART, yang hanya bisa melihatmu dari kejauhan tanpa bisa menyentuh.
Suasana rumah yang begitu indah, tertata rapih, berisikan barang-barang mewah, sama sekali tak membuatku bahagia.
Setiap hari pikiranku selalu dipenuhi ketakutan jika suatu saat akan ditinggalkan olehmu. Ketakutan-ketakutan akan kehilanganmu terus menerus menghantuiku.
Hatiku begitu sepi.... Sepi sekali...
Tapi malam ini......
Suara mobil tertutup itu....
Mengapa aku merindukannya ?...
Aku terdiam di sudut ruangan yang penuh dengan tumpukkan kardus-kardus bekas dan barang-barang yang berdesakkan tak tertata.
Di rumah kecil ini, engkau memperlakukan aku bak ratu.
Setiap hari engkau menghujamiku dengan ciuman, pelukan, dan kata-kata cinta.
Setiap hari engkau selalu ada di rumah bersenda gurau dengan anak-anak dan membenahi setiap sudut rumah kecil ini dengan bahan-bahan seadanya. Kini begitu banyak waktu luangmu bersama keluarga
Tapi mengapa aku tetap merasa sepi ?.....
Jadi sebenarnya apa yang aku inginkan ? Cinta kah ? Atau uang ?...
Sampai mati mungkin aku tak akan pernah menemukan jawabannya, karena semua masalah ada pada diriku ini, selama rasa syukur itu tak pernah ada, maka apapun yang terjadi aku tetap akan merasa sepi dan tak pernah bahagia.
Astaghfirullahaladziim...
Ampuni saya Bapak 🙏🙏🙏
Tanjunganom, 12 juli 2019
Rabu, 26 Juni 2019
SI TEMON
Kucing itu namanya Temon asal kata dari temuan, karena dia datang tanpa diundang, tiba-tiba menyatu dengan anak kucing lainnya yang berjumlah 4 ekor yang bernama Ciki, Cika, Ciku dan Ciko, pede banget ini kucing ikut menyusu ke induk kucing alias Si kicik, tapi Si kicik dengan penuh kasih sayang tetap membolehkan Si temon ikut menyusu.
Yang lucu...Si temon itu menyusu ga pernah lepas, kemanapun Si kicik pergi dia selalu dalam posisi menggantung ke susu Si kicik... Mungkin dia kehilangan ibunya sejak masih bayi merah, sehingga sangat kurang kasih sayang.
Suatu hari aku merasa kesulitan mengasuh 6 kucing, dari 6 kucing itu yang betina ada 4, yang jantan hanya Si ciko dan Si temon... Akhirnya aku memutuskan membuang semua yg betina berarti termasuk si kicik, aku sisakan si ciko dan si temon saja.
Setelah sisa hanya Si ciko dan Si temon rumah terasa lenggang, aku biasakan mereka tetap diluar rumah, hanya waktu tertentu saja mereka masuk rumah.
Yang lucunya kita memposisikan Si ciko sebagai kucing utama dan Si temon kucing pelengkap, maka soal makanan dan lain-lain selalu mengutamakan Si ciko, malah memberi istilah klo Si temon itu bujangnya Si ciko...hahahha...hanya bercanda ...
Entah kenapa kondisi psikologis 2 anak kucing itu berbeda, Si temon lebih tidak percaya diri dibanding Si ciko, seperti terlihat minder..hehhe...lucu
Tapi klo soal makanan Si temon tetep rajanya, dia berani merebut makanan Si ciko, dan Si ciko selalu dengan lapang dada mendahulukan Sitemon. Si ciko ga akan mau makan duluan jika Si temon belum dapat...hihihi...bikin gemes aja kita pengen jitak Si temon.
Tanjunganom, 8 juli 2019
Sabtu, 27 April 2019
HASRATKU
Hanya satu yang menjadi hasratku selama ini, yaitu mati selamat menyatu dengan Dzat Tuhan yang diriku menjadi bagian dari diriNya.
Tiada lagi... Tiada lagi yang ku inginkan... Hanya bersatu dengan Engkau Tuhanku...
Dulu aku menjalani kehidupan jahiliyah, bergelimang harta yang selama ini menipuku, membuatku meyakini jika hal itu bisa membuat aku bahagia, aku terombang ambing dalam gaya hidup metropolis, mengikuti arus dahsyatnya pesona sebuah kota besar.
Tapi ternyata hatiku tak pernah merasa puas, tak pernah merasa bahagia, Aku selalu dalam ketakutan... takut harta habis, takut suami pergi, takut anak tidak populer... Ah pokoknya kehidupanku selalu penuh dengan kecemasan.
Padahal secara pandangan duniawi apa sih yang tidak aku punya, harta cukup, anak-anak lucu-lucu dan sehat-sehat, suami bertanggung jawab dan mencintaiku.
Tapi entah kenapa hati kecilku selalu ketakutan, tak pernah merasakan nikmat dengan semua itu.
Agama yang kujalani hanya sebatas ritual-ritual yang diajarkan orang tuaku dulu, menyembah Tuhan yang ga pernah aku tahu seperti apa, doktrin-doktrin mengenai keberadaan Tuhan yang terpaksa kuyakini karena takut akan ancaman-ancaman masuk neraka, mencoba melakukan hal-hal baik karena mendapat iming-iming surga.
Ah.... Semua begitu membosankan...
Suatu hari aku dibenturkan dengan kondisi dimana aku harus ambil keputusan melepaskan anakku untuk menjalani pendidikan di suatu pesantren.
Aku mencari berbagai tempat pendidikan agama untuk anakku. Akhirnya aku bertemu dengan pesantren di sebuah desa yang sangat jauh dari tempatku tinggalku, entah kenapa aku mau menempatkan anakku disana, padahal hidup berjauhan dengan anakku begitu menyakitkan, apalagi anakku juga sangat sedih harus berpisah dengan ibunya.
Ternyata itu merupakan jalan bagiku untuk bertemu dengan Sang Kekasih Allah, semua ilmu yang engkau ajarkan membuatku terkejut, semua hal didunia ini engkau paparkan dengan begitu jelas, sangat sulit aku ungkapkan perasaanku saat itu, aku jadi sangat mengerti untuk apa aku dilahirkan.
Aku bagaikan mengalami kelahiran kedua ketika bertemu dengan Engkau Sang Utusan, aku seakan memasuki dunia baru yang begitu membahagiakan, terbukalah semua hijab-hijab yang selama ini menutupi hidupku.
Kehidupan di sebuah desa dengan bimbingan seorang Guru Spiritual begitu sangat menenangkan, tiada lagi keinginan menikmati fatamorgana keindahan dunia, aku hanya ingin selalu di dekatMu Guru...
Ketakutan-ketakutan aku akan kehilangan hal-hal yang aku sayangi semakin lama semakin menghilang, aku semakin tenang menjalani kehidupan ini. Ritual-ritual beribadahku pun lebih bermakna.
Bersyukur tiada tara atas anugrah yang engkau berikan Tuhanku... Engkau yang dulu kukira jauh tak tergapai ternyata begitu dekat melekat dengan diriku... Ya Tuhan... Aku bersujud kepadaMu.. Berikan aku fadhol dan rahmatMu..
Semoga selalu mendapatkan Berberan, Berkah, Sawab dan Pangestu Guru Wasitoh... Aamiin ya robbal alamiin...
Tanjunganom 2019
Senin, 08 April 2019
DEBU GALUNGGUNG
Tanjung, 7 April 2019
Waktu menunjukkan pukul 8.30 bbwi, tp matahari seakan enggan menampakkan dirinya, ntah kenapa semua gelap gulita, aku berpikir apakah ini tanda-tanda kiamat telah tiba ? ...
Kaki-kaki kecilku melangkah keluar dari kamar ukuran 4x3 m2 yang tampak lusuh, sprei dan bantal yang sudah berminggu-minggu tak dicuci yang baunya bercampur antara bau iler dan keringat.
Kubuka pintu kamarku...
MASYAALLAH !!!
Kakiku menginjak sesuatu yang lembut, amblas sekitar 30 cm, "apaaa ini ?" pikirku
"umiiiiiiiiii... Kenapa seluruh rumah kita penuh debu ?" aku berteriak memanggil ibuku
Seorang ibu yang tampak lelah datang menghampiriku, guratan-guratan susah tampak jelas di wajahnya, padahal usianya masih 37 tahun. Ibuku memang tidak pernah hidup senang semenjak nikah dengan ayahku, selain karena pernikahan mereka hasil perjodohan juga karena ayahku tidak pernah memiliki kerjaan yang jelas.
Sebelum tinggal di B ayahku hanya seorang tukang cukur di kota S, ketika pelanggan mulai menurun, ayahku mencoba peruntungan di kota B, dan coba-coba itu berakhir baik, ayahku ditawari menjaga sebuah mesjid yang terhitung megah di kota itu, dan karena fasilitas mesjid itu sangat lengkap maka ayah boleh membawa seluruh anggota keluarga untuk tinggal disana.
Kehidupan pertama kami di kota B tidak bisa dikatakan enak, tapi setidaknya dapat membuat ibuku lebih tenang daripada harus ribut setiap hari dengan mertuanya di kota S. Kami berlima (ayah, ibu, kakak laki-laki aku, aku dan seorang laki-laki saudara ayahku) menempati sebuah rumah kecil di belakang mesjid.
Tugas kami mengurus mesjid itu dari mulai menjaga kebersihannya, mengajar ngaji anak-anak, dan tentu saja adzan setiap waktu shalat tiba.
"Tadi malam Gunung Galunggung meletus nyai..." jawab ibuku.
Aku terpana dengan jawaban ibuku, sambil mikir apa itu gunung meletus ?.
Aku menyusuri teras mesjid yg sangat luas, diujung teras ada sebuah taman yang sangat indah dan luas juga, pohon-pohon yang dipotong dengan berbagai bentuk menambah kemegahan mesjid itu, tapi hari ini semua tampak abu-abu.
"Umiiii... Aku ngga bisa sekolah dong ya ?" aku teriak lagi memanggil ibuku.
Aku gadis kelas 1 sekolah dasar yang sangat lincah, jika bicara selalu berteriak dan sangat cerewet bertanya mengenai ini dan itu kepada orang sekitar.
"Iya, sementara ga sekolah ya nyai, jalanan penuh debu, sepeda abah ga akan bisa lewat". Ibuku menjawab
"hmmm" aku menggumam kecewa, karena hari ini aku ada janji mau main kasti dengan teman-teman, ga sangka ada kejadian ini sehingga janji kami tidak bisa terlaksana.
Setelah bercakap-cakap dengan ibuku aku berlari ke arah belakang mesjid, disana ada sebuah sungai kecil, disekitar sungai ada beberapa ruangan tempat menyimpan barang-barang keperluan mesjid yang tidak terpakai, tempat yang sangak menakutkan untukku sebenarnya, tapi karena penasaran seperti apa debu disungai itu aku nekad berjalan kearah sana.
Ternyata disana aku bertemu seorang laki-laki yang begitu amat kubenci, setiap melihat dia bayangan perlakuan tak senonoh dia terus membayangiku, jika rumah dalam keadaan kosong dia selaku mendekati aku, menyentuh daerah-daerah paling sensitif ditubuhku, bahkan tak jarang dia menggendong aku dengan posisi berhadap-hadapan, sebenarnya aku tidak faham apa yang dia lakukan, yang aku rasakan aku selalu ketakutan luar biasa jika diperlakukan seperti itu.
Aku mau balik kanan rasanya sudah terlambat, tangan kekar itu menangkap aku dan membekap mulutku.
Aku meronta, mencoba berteriak, tapi laki-laki itu sudah membawa aku ke ruangan gelap itu lagi, tak akan ada yang mendengar teriakanku jika sudah masuk ruangan itu, sudah kesekian kali aku diperlakukan tak senonoh oleh laki-laki itu, laki-laki yang sudah dianggap anak oleh ayahku, laki-laki yang tugasnya adzan setiap waktu shalat tiba, laki-laki yang shalat lima waktunya tak pernah terlewat, yang sudah sering menang di ajang lomba MTQ, laki-laki jebolan pesantren di kota C sealmamater dengan ayahku... Tapi semua embel-embel lambang keshalehan itu tidak menghilangkan kelakuan iblisnya terhadapku.
Dan hari ini, saat diluar suasananya seperti malam hari, saat semua orang memilih berdiam diri di rumah karena menghindari debu yang masih terus turun, aku menjerit kesakitan, badanku telentang diatas sebuah meja bekas dengan kaki terjuntai kebawah, dan diantara kakiku laki-laki itu berdiri tanpa pakaian, sesuatu yg aku tak mengerti apa, telah menyakitiku, sakitnya luar biasa, sampai aku merasa ada sesuatu mengalir di pangkal pahaku.
Aku menjerit sekuat tenaga, tangisan yang sudah bukan lagi air mata isinya.
"umiiiiiiiii... Toloooooong... Abaaaaah... Tolooong"aku berteriak-teriak.
Tangan kekar itu menutup mulutku, sekian lama sampai aku merasakan kepalaku sakit karena tidak ada oksigen yang bisa aku isap lagi.
Dan akhirnya ....
Perlahan semua rasa sakit itu hilang, pemandangan yang sebelumnya aku lihat berwarna abu-abu berubah menjadi hitam ... Gelap
Aku merasa ikut terbang bersama debu-debu galunggung itu....